Apakah Supporter Menjadi Suatu Ancaman?
Apa sebenarnya yang terjadi pada Supporter kita(Supporter indonesia), bolehlah saya katakan dan kawan-kawan lain katakan jika dalam mendukung Timnas Suppporter kita kompak, berpadu satu di dalam stadion untuk mendukung team garuda berlaga, seperti contohnya pada piala Asia tahun 2007 lalu di Senayan, warna merah putih di padu dengan gempuran suara yang menggema di stadion, dan kita yang menyaksikan di layar kaca seperti berasa di dalam stadion.
Kekompakan tersebut membuat masyarakat dunia bisa jadi iri, jika mereka banyak tahu akan keadaan itu, tidak ada yang bisa menandingi jumlah supporter Indonesia, dengan jumlah penduduknya dan mereka adalah mayoritas penggemar sepak bola, dengan dukungan seperti itu tentu saja bisa membuat team lain akan minder menghadapi tim nasional indonesia(jangan mengatakan prestasi team),gelombang ombak supporter yang serasi dan terus mengalir sepanjang pertandingan adalah suasanya yang sangat membanggakan dan mengharukan(bagi yang terharu).
Namun keadaan tersebut berbanding terbalik saat para supporter tersebut kembali mengenakan kaos teamnya masing-masing,warna kedaerahan akan hadir di tambah dengan bumbu anarkisme yang tidak terkontrol, apa yang sebenarnya terjadi dengan Supporter Team Indonesia?
Saling ejek, baku hantam yang dapat menimbulkan pertumbahan darah, seperti hewan yang sudah tidak mengenal saudaranya sendiri, apakah ini yang di sebut budaya Indonesia? dan apakah ini adalah watak manusia yang di beri akal dan pikiran?
Perasaaan me-nomor satukan kelompok Supporternya, dan membangga-banggakan secara berlebihan kepada teamnya adalah salah satu faktor yang membuat para kelompok oknum Suppporter tersebut memiliki watak dan perilaku HEWANI,hilang sudah watak kemanusiaanya, jika mereka punya naluri manusia harusnya tidak demikian.
Kembali saya membaca sebuah berita di harian Kompas,Panitia pelaksana pertandingan Persela Lamongan mengimbau suporter Persebaya Surabaya yang akrab disapa “bonek”, tidak datang ke Lamongan saat kedua tim bertemu pada pertandingan Indonesia Super League (ISL), Minggu (3/1).
Ketua Panpel Persela Yulianto Lamongan, Senin (28/12), mengaku khawatir dengan kehadiran bonek, terutama menyangkut sisi keamanan dan kenyamanan bagi penonton tuan rumah.
Selain itu, kapasitas Stadion Surajaya Lamongan yang hanya mampu menampung maksimal 10 ribu penonton, juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi panpel. Kapasitas itu hanya cukup memenuhi pendukung Persela.
“Kami memang mengimbau bonek supaya tidak datang ke Lamongan saat pertandingan nanti. Selama ini pertandingan Liga Super di Lamongan belum terusik keributan dan kami sangat menjaga masalah itu,” katanya.
Selama beberapa waktu terakhir, suporter Persela dan Persebaya terlihat tidak kompak, baik ketika bermain di Surabaya maupun Lamongan.
“Sebagai panpel, kami memang tidak bisa melarang dan mengusir setiap penonton yang akan datang ke stadion. Tapi, demi keamanan bersama, kami sangat berharap bonek tidak datang dan sebaliknya ketika nanti Persela main di Surabaya, supporter kami juga tidak ke sana,” ujar Yulianto.
Hilang sudah kepercayaan kepada Bonek, seakan-akan bonek adalah pembunuh yang akan menumpahkan darah jika datang ke Lamongan, padahal jarak lamongan-Surabaya tidak sampai memakan waktu 2 jam perjalanan darat, tapi aroma permusuhan sudah bisa di tebak dan akan terjadi jika keduanya bertemu, manusia yang ketakutan akan manusia lain jika sudah mengenakan kaos Supporter, semoga semua pihak akan sadar, dan marilah kita bersama-sama membangun sebuah warna baru dalam dunia supporter dan sepak bola Indonesia.
Supporter adalah pasukan yang harusnya memberikan warna,hiburan dan rasa kekeluargaan, bukan suatu kelompok dimana dengan kedatangannya menimbulkan ketakuatan, jika demikian hilang sudah filosofi sepak bola, hiburan yang menjadikan teror dan ancaman,Salam Damai Supporter Indonesia.
Sumber : http://supporter.web.id
0 komentar:
Posting Komentar